PERPUSTAKAAN ADALAH ASET TERBESAR UMAT MANUSIA
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sekarang sudah tidak bisa lagi berdalih dan mengelak bahwa perpustakaan adalah tonggak kemajuan peradaban manusia beberapa abad ke belakang sampai hari ini dan sampai beberapa abad ke depan dengan waktu yang tidak tentu. Sangat maju, bahkan membikin dunia beserta dengan penduduknya mengimani pernyataan klise "perpustakaan adalah rumah dunia". Bagaimana tidak, perpustakaan menampung buku-buku hasil produksi tulis menulis manusia seakan disetarakan dengan kitab suci hasil produksi Kun dan Fayakun Tuhan untuk dijadikan pedoman dan tuntunan bagi manusia dalam berkehidupan di dunia dan akhirat.
Perpustakaan erat kaitannya dengan buku. Di mana ada perpustakaan maka di situ pulalah buku-buku bermukim. Perpustakaan bukan hanya semata tentang rak-rak yang terbuat dari susunan porselin kaca dan kayu, bukan hanya tentang banyak dan sedikit buku yang disusun di beberapa rak-rak yang mahal maupun yang murah. Lebih dari itu, perpustakaan yang sesungguhnya ada di tiap-tiap lembar buku jenis apa saja dan di mana saja. Bahkan pusat dan kiblat perpustakaan berada dalam diri manusia, dalam otak manusia. Mencintai perpustakaan dengan segala isinya selayaknya mencintai sang kekasih, sebagaimana cinta Adam kepada Hawa, cinta Qais kepada Laila, cinta Romeo kepada Juliet. Seperti yang dikatakan Robindranath Tagore bahwa cinta itu adalah kebenaran hidup yang membuat segala kebenaran sejati.
Berkenaan dengan perpustakaan yang tidak pernah lepas dari buku, sudah barang tentu hampir semua manusia di muka bumi ini pernah memilikinya, melihatnya dibawa dan dibaca orang lain di mana saja. Bahkan pernah melihatnya dipakai untuk mengganjal meja, lemari, dan ranjang, atau bahkan dipakai buat menyimpan uang dan rahasia agar tidak ditemukan orang lain. Sebuah buku tidak akan hancur kecuali pemiliknya menginginkannya demikian, merobek dan membakarnya. Hubungan manusia dengan buku yang sanggup bertahan selama ratusan tahun atau bahkan beberapa abad telah berlangsung jauh abad sebelumnya. Sampai hari ini, perpustakaan dapat dijangkau sangat mudah di mana saja, baik di kota maupun di desa. Para pegiat literasi dengan kecintaan dan peduli tanpa imbalan finansial untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang justru makin dilupakan para pemuka bangsa dengan membuat terobosan baru mengenai tentang kepustakaan agar dapat menarik perhatian manusia dari segala tingkatan umur untuk menggaulinya. Terobosan baru itu adalah perpustakaan berjalan kaki dengan memikul dan menenteng beberapa tumpuk buku untuk mengakses tempat-tempat yang sukar dijangkau teknologi, perpustakaan roda dua, roda tiga maupun roda empat untuk memanjakan orang-orang yang hidup di kota besar maupun di kota kecil yang lebih dekat dengan buku, bahkan ada juga perahu-perahu yang memasok buku-buku ke pulau-pulau kecil.
Lalu, apa peran perpustakaan hari ini di tengah-tengah pergolakan kehidupan manusia? Itu pertanyaan yang sukar dijawab, mengingat manusia setengah anak-anak, setengah dewasa, dan setengah dewa sampai hari ini nyaris atau bahkan sudah melupakan keberadaan perpustakaan, bahkan semuanya telah beralih tempat tongkrongan dan kunjungan ke Cafe, ke Mall, dan di mana saja jauh dari kebiasaan para moyang intelektual terdahulu yang menghabiskan siang dan malam mengeja huruf-huruf di tiap lembar di sudut-sudut perpustakaan umum maupun pribadi lengkap dengan lentera untuk menyalakan pelita di kemudian hari untuk para pendatangnya. Salah seorang tokoh termasyhur sepanjang sejarah Pramoedya Ananta Toer satu-satunya penulis asal Indonesia yang meraih penghargaan Nobel Sastra. Salah satu karyanya yang paling fenomenal dalam negeri maupun di luar negeri yang berjudul Bumi Manusia yang kerap kali dirazia bahkan dibakar oleh pihak diktator pada masa itu. Karyanya itu tidak ditulis di perpustakaan maupun di tempat lain yang menawarkan iklim nyaman dan tenteram, melainkan ditulis di dalam tahanan yang mendekam separuh hidupnya. Ia meninggalkan aset berharga dan mengajarkan manusia betapa pentingnya membaca, menulis, buku dan perpustakaan dalam memperbaiki tatanan dan mengungkap ketimpangan dalam pergolakan hidup manusia. Maka dengan itu tugas dari seorang terpelajarlah sebagai titik tumpu generasi bangsa untuk merawat dan mengembangkan tradisi intelektual, sebagaimana yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer bahwa seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apa lagi dalam perbuatan.
Telah disinggung sebelumnya mengenai perpustakaan erat kaitannya dengan buku. Di mana ada perpustakaan maka di situ pulalah buku-buku bermukim. Keduanya dapat membikin takdir hidup orang-orang. Seperti tokoh Carlos Brauer dalam buku Rumah Kertas karya Carlos María Domínguez asal Boenos Aires, Argentina itu. Tokoh Carlos Brauer memilih tinggal dan menetap di bibir pantai dengan membangun sebuah gubuk yang bisa dibilang porselinnya rata-rata berbahan baku buku. Untuk membangun gubuk itu, Carlos harus menyewa beberapa tukang untuk menyusun buku demi buku yang dicampur dengan adonan semen untuk dijadikan dinding agar dapat bertahan dari korosi. Sekaligus rumah yang terbuat dari sekumpulan buku itu dijadikan sebagai perpustakaan untuk dirinya sendiri. Saya menganggap bahwa kisah dalam buku yang berjudul Rumah Kertas itu jauh bahkan lebih berbahaya dari Covid-19. Karena siapa pun tahu, Covid-19 itu adalah hal yang lumrah membuat mati manusia sebab ia berdasar dari penyakit, sedang beberapa kejadian dalam buku yang berjudul Rumah Kertas itu adalah hal yang tidak lumrah dan sulit membuat percaya bagi siapa saja yang membacanya bisa membuat mati manusia dengan begitu tragis.
Perpustakaan sebagai simbol dan pusat budaya bangsa adalah aset yang paling berharga di muka bumi yang dimiliki umat manusia yang masih bertahan dan dijaga sampai hari ini. Semua yang tersaji dan dinikmati manusia tidak pernah lepas dari kendalinya. Segala ilmu pengetahuan disajikan dan juga dikembangkan dari sana, seperti seorang bapak yang ke luar ke alam bebas pada pagi hari untuk mencari nafkah, dan akan pulang ketika sore hari mulai menguning dengan membawa nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Bahkan dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang disajikan perpustakaan dari generasi ke generasi dari dulu hingga kini selalu berusaha mencari tahu dan membuktikan tentang keeksistensian Tuhan.
Memang benar, jika ada pernyataan "perpustakaan adalah rumah dunia dan buku adalah jendela dan pintu dunia". Meski pun kedua pernyataan itu sangat klise, namun keduanya adalah tempat penampungan dan jalan menemukan kebenaran hidup umat manusia. Beberapa tokoh besar dunia misalnya, Albert Eisntein, Bill Gates, Isaac Newton, Thomas A Edison, dan Ferdinand De Saussure adalah orang-orang sangat berjasa bagi kelangsungan hidup umat manusia sampai hari ini dengan apa yang telah diwariskannya. Ilmuwan-ilmuwan sekali pun yang menangani dan mencari jalan ke luar dari wabah yang tengah melanda dunia yaitu Covid-19 yang nyaris membunuh umat manusia secara perlahan itu tidak terlepas dari kendali ilmu pengetahuan yang ditampung perpustakaan dari zaman ke zaman.
Sumber:
Toer, Pramoedya Ananta. 2015. Bumi Manusia. Jakarta Timur: Lentera Dipantara.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar