KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Gambar
  Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1) Gusman Azis Kenapa disarankan untuk menulis? Karena dengan menulis, kita tidak akan dibunuh dunia. Disarankan selalu menemukan ruang untuk menyusuri sensasi yang sakral. Menulis ialah salah satu pekerjaan yang mulia karena kita ikhlas memperbaiki dunia. Alberthiene Endah (2011) mengatakan "Menulis adalah cara yang indah untuk memperbarui hati dan memperluas cakrawala". Kita lumrah mengeluh menulis, yang amat sangat meremehkan menulis. Kenapa orang lain bisa menulis, sedang kita tidak bisa? Dan kenapa orang lebih memilih berbisnis, membuka restoran, atau jadi profesional sukses di perusahaan multinasional ketimbang memilih untuk sepenuhnya menekuni dunia menulis? Itu serangan yang sulit untuk ditepis, karena hal itu menyangkut dengan pilihan dan jalan hidup tiap orang. Kita sebagai manusia yang keras kepala dengan dunia yang menyengat sejak kecil, jangan selalu nyaris terpengaruh bahwa menulis bukanlah aktivitas yang hidup. Bukan ak...

CINTA ATAUKAH OBSESI?


CINTA ATAUKAH OBSESI?

Katanya Erich Fromm "mana yang lebih penting mencintai dan dicintai?". Kebanyakan orang mendefinisikan cinta itu rasa suka pada sesuatu. Hari ini orang fokus mencari, apa yang dia suka, apa yang dia cintai. Katanya Erich Fromm "tidak begitu, untuk menjadi pribadi yang mencintai fokuslah pada bagaimana cara mencintai yang baik". Jadi kita tidak usah capek-capek mencari yang cocok untuk kita. Berperilakulah sebagai seorang pecinta, mencintailah secara benar. Nanti, bahkan segala sesuatu akan jadi layak dicintai. Kalau kita fokusnya hanya pada apa yang layak dicintai, nanti kita jadinya pilih-pilih. Ini egois. Katanya Mbah Nun "jadi sebenarnya puncak sholat itu adalah cinta kita kepada Tuhan. Cintailah, bukan, pandailah terhadap kitab-kitab. Kita tidak perlu membawa pintar kita kepada Tuhan, yang bisa hanya kecintaan dan keikhlasan". Makanya, mencintailah tanpa meminta dan memberi alasan-alasan. Jadi, dasarnya cinta adalah perilaku.

Cinta itu tidak bisa dijelaskan, isinya paradoks semua, antara bahagia-luka, antara jasmani-rohani, antara langit-bumi, antara sorga-neraka, antara akhirat-dunia-barzak, antara nalar-keyakinan, antara nalar-lara, antara "iya-tidak" semua 
melekat padanya tentang hal apapun. Cinta itu tidak perlu diinikan-dibegitukan-diapakan dirumitkan, sederhana saja, cinta cukup dirasakan.

Kata tak akan pernah mampu menuntaskan cinta. Dan karena egolah, kita mensejajarkan cinta-rasa suka-hasrat. Keseharian kita hanyalah setitik terkontaminasi dari cinta.

Soal rasa dan kasih, bukan orang lain yang menentukan pola gejala yang ada di hatimu, tapi pada dirimulah. Orang lain hanya menawarkan padamu seperti gejala yang ada di hatinya. Jika ada kesamaan, maka ikuti dan terimalah. Jika sebaliknya maka kau berhak menolak.

Cinta tak ingin membuat ini-itu-anu dalam perihal perasaan, tak perlu lagi meninjau kriteria, tak ingin berencana. Cukup ketika rasa bertamu di hati, terimalah sebagai penghargaan tertinggi atas diri meski banyak tekanan yang menggetarkan dada.

Cinta mengajarkan arti dari sebuah kehidupan. Bahwa hidup tak indah tanpa kusam, tak bermakna tanpa kegagalan, tak sempurna tanpa kekurangan. Mari mencintai cinta! Karena yang paling mengerti akan cinta adalah cinta itu sendiri.

Arthur Schopenhauer bilang "Cinta berada dalam diri", Cak Nun bilang "Untuk mewujudkan cinta itu maka mencintailah". 

Tidak ada tempat kemarahan dalam cinta, juga maaf tak ada dalam cinta. Apalagi keputusasaan, tidak ada dalam cinta. Jika pun ia, itu bukan cinta, melainkan ego yang diperbudak oleh obsesi. Kahlil Gibran bilang "Cinta hanya untuk cinta". Aku dan kau hanya bertemu dalam pikiran, apakah hanya obsesi atau cinta sejati?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Dari Konteks Bahasa dan Berbahasa, Semua Manusia Punya Potensi untuk Berkembang

KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BERSABDA KARYA GUSMAN AZIS