CINTA ATAUKAH OBSESI?
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
CINTA ATAUKAH OBSESI?
Katanya Erich Fromm "mana yang lebih penting mencintai dan dicintai?". Kebanyakan orang mendefinisikan cinta itu rasa suka pada sesuatu. Hari ini orang fokus mencari, apa yang dia suka, apa yang dia cintai. Katanya Erich Fromm "tidak begitu, untuk menjadi pribadi yang mencintai fokuslah pada bagaimana cara mencintai yang baik". Jadi kita tidak usah capek-capek mencari yang cocok untuk kita. Berperilakulah sebagai seorang pecinta, mencintailah secara benar. Nanti, bahkan segala sesuatu akan jadi layak dicintai. Kalau kita fokusnya hanya pada apa yang layak dicintai, nanti kita jadinya pilih-pilih. Ini egois. Katanya Mbah Nun "jadi sebenarnya puncak sholat itu adalah cinta kita kepada Tuhan. Cintailah, bukan, pandailah terhadap kitab-kitab. Kita tidak perlu membawa pintar kita kepada Tuhan, yang bisa hanya kecintaan dan keikhlasan". Makanya, mencintailah tanpa meminta dan memberi alasan-alasan. Jadi, dasarnya cinta adalah perilaku.
Kata tak akan pernah mampu menuntaskan cinta. Dan karena egolah, kita mensejajarkan cinta-rasa suka-hasrat. Keseharian kita hanyalah setitik terkontaminasi dari cinta.
Soal rasa dan kasih, bukan orang lain yang menentukan pola gejala yang ada di hatimu, tapi pada dirimulah. Orang lain hanya menawarkan padamu seperti gejala yang ada di hatinya. Jika ada kesamaan, maka ikuti dan terimalah. Jika sebaliknya maka kau berhak menolak.
Cinta tak ingin membuat ini-itu-anu dalam perihal perasaan, tak perlu lagi meninjau kriteria, tak ingin berencana. Cukup ketika rasa bertamu di hati, terimalah sebagai penghargaan tertinggi atas diri meski banyak tekanan yang menggetarkan dada.
Cinta mengajarkan arti dari sebuah kehidupan. Bahwa hidup tak indah tanpa kusam, tak bermakna tanpa kegagalan, tak sempurna tanpa kekurangan. Mari mencintai cinta! Karena yang paling mengerti akan cinta adalah cinta itu sendiri.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar