*Pendekatan dalam Karya Sastra*
Gusman Azis
Apa pendekatan dalam karya sastra? Dikatakan pendekatan berarti tata dan cara untuk mendekati suatu karya sebagai objeknya dalam konteks penelitian. Dengan kata lain, pendekatan itu semacam mengapresiasi suatu karya sastra dengan memberikan penilaian, pemahaman dan lain sebagainya. Tapi pendekatan lebih mengarah kepada hal-hal yang mendekati penelitian dengan menggunakan metode-hukum yang berlaku terkait karya sastra.
Jika dikatakan pendekatan berarti tata dan cara untuk mengungkap karya sastra dengan menggunakan teori yang bersangkutan. Rene Wellek dan Austin Warrant mengatakan bahwa kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra. Apakah teori dan apakah sastra, merupakan pertanyaan yang pada ilmu sastra menimbulkan fenomena yang tidak mudah dijawab dengan begitu saja. Kedua kata tersebut berada pada dua kategori kata yang berbeda.
Karya sastra tergolong sesuatu hal yang bersifat fiksi yang banyak dihubungkan dengan hal perasaan. Hal itulah yang sering menjebak pemahaman orang lain yang hanya fokus pada hal fiksi atau khayalan, padahal karya sastra juga ada yang non fiksi seperti kritik, essay, sejarah dan lain sebagainya yang bersifat fakta, yang bisa didata langsung di lapangan dengan meramunya menggunakan media bahasa yang ringan dan tetap terkesan memiliki nilai estetis agar mudah dipahami pembaca. Berdasarkan pengertian tersebut, kaitan dengan teori sastra, apakah sastra suatu karya ilmiah dapat dibuktikan kebenarannya, dan dapat dibantah keotentikannya? Pertanyaan tersebut memang tidak mudah dijawab karena menyangkut hakikat sastra.
Karya sastra tidak sama dengan karya ilmiah yang dapat dibuktikan kebenaran faktanya sebagaimana kebenaran pada berita surat kabar tentang peristiwa tertentu, atau berita yang disampaikan seseorang tentang kejadian-kejadian tertentu. Akan tetapi kebenaran pada karya sastra bukanlah kebenaran yang bersifat faktual tetapi kebenaran yang bersifat kemanusiaan. Sastra adalah suatu pengalaman sisi kemanusiaan pada manusia yang memiliki dimensi individu sekaligus dimensi sosial. Dalam sastra, pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan itu secara garis besar mutlak berkaitan dengan gagasan estetis yang menimbulkan rasa tentram, senang, dan menggugah hati.
Teori sastra adalah suatu cabang ilmu sastra yang mempelajari prinsip-prinsip, hukum, kategori dan kriteria karya sastra yang dapat membedakan dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, karya sastra yang dikenal dengan sangat melekat pada unsur perasaan yang barang tentu sangat sulit untuk ditelaah karena itu tidak bisa dijangkau secara langsung. Meskipun begitu, karya sastra tetap bisa ditelaah secara sistematis.
Rene Wellek dan Austin Warrant mengemukakan bahwa teori adalah suatu sistem pengkaajian ilmiah atau pengetahuan sistematis yang menerapkan pola dan aturan antara gejala-gejala yang telah diamati. Teori mempergunakan ketentuan tentang kaidah umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu pandangan teori tertentu. Suatu teori dapat dibuktikan secara logis dan dicek kebenarannya atau dibantah keotentikannya pada gejala-gejala terhadap objek yang diamati tersebut.
Dan juga, pendekatan karya sastra banyak macamnya, itu arahnya bergantung pada apa yang kita ingin ungkap dan menguraikannya secara jelas. Salah satu pendekatan karya sastra, yaitu strukturalisme. Saya memilih pendekatan strukturalisme untuk diuraikan secara singkat dan sederhana karena penelitian skripsi saya sehubungan dengan hal tersebut.
Pendekatan strukturalisme adalah pendekatan yang mengungkap karya sastra terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya. Arah pendekatan ini lebih mengarah kepada karya sastra itu sendiri, baik dasarnya maupun permukaan karya sastra.
Tidak hanya itu, pendekatan ini juga menekankan unsur di luar karya sastra, misalnya latar belakang penyair, nilai-nilai sisi kehidupan, dan sejarah. Pendekatan tersebut yang mengungkap karya sastra dari luar atau biasa dikenal dengan unsur ekstrinsik disebut pendekatan strukturalisme genetik. Strukturalisme genetiklah yang mendobrak strukturisme murni yang pada awalnya hanya memandang karya sastra hanya pada unsur-unsur yang membangun.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa strukturalisme murni ditentang oleh strukturalisme genetik yang dipelopori Lucian Goldmann seorang sosiolog Perancis. Kemunculannya itu disebabkan, adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme murni, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.
Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan strukturalisme murni, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra. Strukturalisme genetik yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis seorang penyair atau penulis yang dipengaruhi dari berbagai aspek, yaitu agama, sosial, politik dan lain sebagainya. Goldmann bermaksud menjembatani jurang pemisah antara karya sastra dengan penyair atau penulis untuk memberikan efek pada pembaca, baik dari efek karya sastra itu sendiri maupun efek dari latar belakang penulis.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka strukturalisme genetik memposisikan atau menempatkan karya sastra tidak hanya memilki struktur yang mandiri, melainkan adanya campur tangan faktor-faktor lain (faktor sosial) dalam proses penciptaannya. Karena memang karya sastra dipahami sebagai totalitas perpaduan struktur dalam dan struktur luar.
Polewali Mandar, 8 November 2020
Komentar
Posting Komentar