"Dari Konteks Bahasa dan Berbahasa, Semua Manusia Punya Potensi untuk Berkembang"
Gusman Azis
Kehidupan sehari-hari banyak sekali kejadian bahasa yang terpoduksi tanpa tahu proses yang mengakibatkan sesuatu hal itu spontan berakibat, atau justru lambat atau perlahan berakibat. Misalnya Edward seorang psikolog Amerika bilang, ketika kita masukkan seekor kucing ke dalam sangkar, ia tak memerlukan kognisi untuk keluar karena ia hewan, ia hanya perlu stimulus atau pembiasaan. Kucing itu akan memulai gerakan mencakar sangkar dengan selang beberapa waktu, akhirnya tak sengaja menekan tombol di dalam sudut sangkar lalu keluar. Nah, ketika kucing itu dimasukkan kembali ke sangkar, maka durasi yang dibutuhkan untuk membukanya adalah relatif singkat dari sebelumnya. Manusia juga seperti itu.
Brooks (1975) mengatakan bahwa bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Berdasar pada penemuan-penemuan antropologi, arkeologi, biologi dan sejarah purba manusia, bahasa dan kebudayaan secara bersamaan lahir di bagian tenggara Afrika kira-kira dua juta tahun yang lalu. Sejak awal bahasa itu pastilah merupakan satu struktur yang dibentuk oleh empat unsur yaitu, bunyi, keteraturan, bentuk dan pilihan. Kemudian, karena lahirnya bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui kebudayaan itulah segala hasil ciptaan pikiran seseorang bisa pula dimiliki orang lain, dan bisa pula diturunkan kepada generasi berikutnya, sampai hari ini.
Sehubungan dengan manusia memiliki bahasa untuk menunjang kegiatan sehari-harinya. Bahasa juga kadang menentukan pandangan hidup dari suatu bangsa yang mencerminkan kebiasaannya lewat bahasa. Hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain) adalah sama karena bahasa-bahasa mereka mempunyai struktur yang sama. Sedang hidup dan pandangan hidup bangsa-bangsa lain seperti Cina, Jepang, Amerika, Eropa, Afrika, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa mereka berlainan. Misalnya Budaya Hopi dibentuk berdasarkan peristiwa-peristiwa, sedang budaya Eropa dibentuk berdasarkan ruang dan waktu. Menurut kebudayaan Hopi kalau satu bibit ditanam maka bibit itu akan tumbuh. Jarak waktu yang diperlukan antara masa menanam dan tumbuhnya bibit tidaklah penting. Yang penting adalah peristiwa menanam dan tumbuhnya bibit itu. Sedang kebudayaan Eropa jangka waktu itulah yang penting.
Apa bedanya bahasa dan berbahasa? Sederhananya, dari segi bentuk kata, "bahasa" itu adalah leksem atau dasar dari kata, sedang "berbahasa" itu adalah kata yang sudah berimbuhan (ber). Dari segi makna, bahasa itu adalah alat komunikasi, sedang berbahasa itu adalah proses komunikasi. Dari segi objek kajiannya pun berbeda namun tetap searah dan sama. Objek kajian bahasa adalah linguistik, sedang objek kajian berbahasa adalah psikologi, dan okjek kajian yang membahas keduanya adalah psikolinguistik.
Dalam setiap teks atau tulisan, baik sebelum dan sesudah diujarkan pasti telah dipahami antara pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca dalam setiap kelompok pengguna bahasa tertentu, tentu keselarasan makna dapat dicapai ketika pelempar dan penerima mempunyai latar bahasa dan sosial yang sama. Saat proses komunikasi berlangsung betapa cepatnya otak merespon bahasa, tidak perlu lagi mencari makna terlebih dahulu, ia akan otomatis menerjemahkannya. Lalu bagaimana dengan yang tuli dan bisu? Ia akan menggunakan bahasa visual, yang artinya proses menerima dan mengembalikan makna bertumpu pada gerak tubuh. Dari hal itulah mula dan awal segala potensi lahir dan berkembang.
Jadi, tiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mengapgrade potensi diri masing-masing. Tidakkah kita menyadari kemampuan otak kita yang sangat sigap merespon segala bentuk hal? Misalnya, dalam kelompok yang terdiri dari teman dan sahabat, itu kadang dan selalu membuat atau mendesain ulang dan menyepakati bahasa tertentu yang hanya bisa dipahami kelompok itu. Kita ambillah kata "ular", mungkin kelompok lain memaknai kata itu dengan hewan yang melata-berbisa, tetapi kelompok yang mendesain kata itu akan dimaknai dan dipahami secara ganda, bisa dimaknai dengan hewan melata-berbisa seperti kelompok lain dan juga bisa dimaknai dengan makna yang dibuat dan disepakati kelompok yang bersangkutan. Misalnya kata "ular" dalam konteks tertentu dimaknai dengan "kesimpulan sifat seseorang". Jadi, untuk mengasah potensi yang tertanam dalam diri hanyalah melalui tekun. Maka tekunlah.
Sumber:
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rinneka Cipta.
Komentar
Posting Komentar