KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Gambar
  Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1) Gusman Azis Kenapa disarankan untuk menulis? Karena dengan menulis, kita tidak akan dibunuh dunia. Disarankan selalu menemukan ruang untuk menyusuri sensasi yang sakral. Menulis ialah salah satu pekerjaan yang mulia karena kita ikhlas memperbaiki dunia. Alberthiene Endah (2011) mengatakan "Menulis adalah cara yang indah untuk memperbarui hati dan memperluas cakrawala". Kita lumrah mengeluh menulis, yang amat sangat meremehkan menulis. Kenapa orang lain bisa menulis, sedang kita tidak bisa? Dan kenapa orang lebih memilih berbisnis, membuka restoran, atau jadi profesional sukses di perusahaan multinasional ketimbang memilih untuk sepenuhnya menekuni dunia menulis? Itu serangan yang sulit untuk ditepis, karena hal itu menyangkut dengan pilihan dan jalan hidup tiap orang. Kita sebagai manusia yang keras kepala dengan dunia yang menyengat sejak kecil, jangan selalu nyaris terpengaruh bahwa menulis bukanlah aktivitas yang hidup. Bukan ak...

KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BERSABDA KARYA GUSMAN AZIS



AKU MINTA MAAF
Karya: Gusman Azis

Aku minta maaf
Jika kalimatku memenuhi berandamu
untuk meletak rindu pada koma
Juga menitip cinta pada titik
Sebab mata, hidung, dan telingaku
Tak akan pernah bisa menua

Polewali Mandar, 21 Mei 2019










JIKA KEMATIAN MERENGGUTKU
Karya: Gusman Azis

jika kematian merenggutku
maka cinta merindu untuk keabadianku
dan ia selalu merindu yang telah terjadi
Juga yang sedang terjadi
bahkan yang belum terjadi
maka terciptalah keabadian
aku ingin seperti hari ini
bersua denganmu hanya untuk cinta
meski Tuhan kembali menitip jenuh
rindu dan cinta berdampingan
dari kata dan kalimat yang kekal
menuju ketetapan takdir langit ketujuh
sesungguhnya ia berpusat di wahyu-Nya

Polewali Mandar, 20 Mei 2019






PEREMPUAN BERKERUDUNG SUTRA
Karya: Gusman Azis

Perempuan berkerudung sutra menuju masjid
Menatap senja yang mulai pudar
Di atas kubah bersimbol bulan dan bintang

Perempuan berkerudung sutra menuju gereja
Menatap fajar yang mulai samar-samar
Di atas kubah bersimbol pahatan salib

Aku memandang wajah jelita perempuan itu
Tampak setiap parasnya memahat kelembutan
Menuntun kedatangan fajar dan kepulangan senja

Tak ada perbedaan di antara mereka yang terlihat
Sebab dusta telah lama menjadi senyum
Dan perempuan itu mengenakan sutra merah yang sama

Polewali Mandar, 18 Mei 2019







HIMPUNANKU MENANGIS
Karya: Gusman Azis

Aku datang dengan tubuh yang kosong
Penuh kehampaan mengemas senyum
Kebisingan selalu nyaring tapi terbatas

Aku menyaksikan keramaian namun hening
Tampak orang-orang bertukar nasib
Hingga menyisakan ego bercula badak

Himpunanku menangis dan sampai kapan
Tembok sandaran keluh juga mulai retak
Atap dan lantai merengek dan sampai kapan

Kini hanya semut dan rayap yang mencintainya
Orang-orang itu sudah menjadi patung sawah
Juga aku dan sumur itu ditenggelamkan air matanya

Polewali Mandar, 17 Mei 2019






KAMPUS BIRU
Karya: Gusman Azis

Aku berawal dari ketakutan warnamu
Mencemaskan kumuhmu yang terawat
Tapi tak terduga menginsankan ilmu suci

Engkau menempaku dan mereka
Merajut cipta dengan keheningan batin
Ruang dan waktu terlampaui dalam sadar

Kupilih engkau sebab langit mencintai biru
Asalmu tak kuingin namun yang kutahu
Engkau memayungi perbedaan dalam bait suci

Izinkan aromamu mendatangi ibuku
Untuk mewangikan pintu mimpiku
Sungguh aku mencintaimu kampus biru

Polewali Mandar, 16 Mei 2019






TULISAN BERPUASA
Karya: Gusman Azis

Aku puasakan cintaku juga tulisanku
Dengan segala kesungguhan hatiku
Meletak berkah pada kalimat merindu

Izinkan aku melarutkan air wudu di niatku
Sedari puasa dan cinta mengusap mataku
Menghaluskan senyummu tanpa dusta

Kekasihku kau bentang kerudungmu
Menghadang tulisanku agar berpuasa
Tanganku ingin berhenti namun melanjut

Sungguh kau di aku dan aku di kau
Menarik tulisan kitab tua untuk kita
Menjadikannya makna yang menuntun

Polewali Mandar, 15 Mei 2019






BERPUASA JUGA MENCINTAIMU
Karya: Gusman Azis

Aku berpuasa juga mencintamu
Merindukanmu dengan tarian lapar
Menulismu ketika hati terhalang haus

Bersahaja batinku saat cinta berpuasa
Mengangkat hati juga menggantung niat
Bukan hanya aku, tapi juga mereka

Ketika aku baring menyaksikan tembok
Ingatanku menarik rahasia kokoh-Nya
Menyusun tulisan puasa saat kaki berayun

Aku berpuasa dan juga berbuka
Setelahnya memasuki masjid
Dan mencium keningmu di sajadah

Polewali Mandar, 14 Mei 2019







PUASA BERSAJAK
Karya: Gusman Azis

Aku mengetuk fajar dengan sepiring kata
Mengharuskan kenyang menyapu dahaga
Gelas-gelas bening melarutkan sajak

Selangkangan bersilah menyiapkan bekal
Mengusap niat agar mata dan hati terjaga
Mengheningkan diri mengikuti detak jam

Aku berjalan mengikuti bayang matahari
Mensajakkan puasa dengan usapan dada
Bibir mulai memutih sampai menjingga

Napas tersengal ketika bel mendering di pintu
Menandakan bahwa jamuan sajak tersaji
Menutup puasa dengan memulainya lagi

Polewali Mandar, 13 Mei 2019






TUHAN
Karya: Gusman Azis

Tuhan
Aku seorang pengendara dosa
Apakah aku pantas tiarap di hadapanmu

Tuhan
Aku seorang pengabai perintahmu
Apakah aku bisa mencintai ampunanmu

Tuhan
Apakah aku bisa mengubah
Air mataku dengan bentangan doa

Tuhan
Usapkanlah kasih dan cintamu
Di jiwa yang tak dapat kukendalikan

Polewali Mandar, 12 Mei 2019






KAPAN KAU DATANG
Karya: Gusman Azis

Kekasihku
Kapan kau datang
Membawa cinta

Kekasihku
Kapan kau memelukku
Dengan rindu

Kekasihku
Kapan kau meminang
Janji dan kepastian

Rasa ini menggetarkan kehampaan
Aroma bekas hadirmu menari di ingatanku
Selalu menanti dirimu untuk bayangku

Polewali Mandar, 11 Mei 2019






HURUF-HURUF JURU SELAMAT
Karya: Gusman Azis

Rahasia mim mati menyingkap ilahi
Keharusan tajwid meluruskan bengkok
Nun sukun bertasbih untuk tabir berkah

Merdu seperti suara jangkrik malam
Sedap mengusik sumbatan telinga
Kebisingan lesap seketika lalu mengalun

Setiap huruf-huruf tuntunan menghadang
Hati selalu mengabaikan cinta di lembaran
Mengkumuhkan kerinduan tiap ukirnya

Ketika hati termakan kematian waktu
Lolongan air mata menadah baitnya
Panjang dan pendek juru selamat hati

Polewali Mandar, 10 Mei 2019





SAMPAI KAPAN
Karya: Gusman Azis

Mengasihi jiwa yang mudah terlupa
Keterasingan selalu menghadang
Mematikan sekuntum mata tangis

Aku membelokkan perintahmu
Tapi pintaku bukan sepenuhnya
Hanya seujung jarum yang kusulam

Masih beracun sekujur tubuhku
Penawarmu kau letak di tanganku
Entah sampai kapan aku di perbudak

Tapi katamu tak pernah berakhir
Aku selalu mengulangnya di hati
Seterusnya mengikuti jalan mataku

Polewali Mandar, 9 Mei 2019






BULAN UTUH
Karya: Gusman Azis

Yang ditunggu akhirnya tiba di bulan utuh
Mengendap-endap menampak di kiblat
Mengecil lalu perlahan membesar di hati

Balita, remaja, dewasa, bahkan tua
Menenteng sebait riwayat yang dibisikkan
Menghapus jejak yang menempel di hati

Patokan bulan utuh membatasi godaan
Menjarah bisikan rahasia yang rapuh
Mensiasati niat dengan ajakan pijakan kaki

Siang dan malam menjadi ajang berkah
Membilas ayat saat fajar menjabah hati
Melempar dahaga menuju langit jingga

Polewali Mandar, 8 Mei 2019





SAENAB
Karya: Gusman Azis

Sauh cinta menghuni hulu hatiku
Menumbuhkan mata suci di kau
Cekungan berwarna merah di aku

Seuntai pahatan perempuan itu
Adalah wanita bernama Saenab
Kutadah dan kuelus lekuk utuhnya

Melerai rindu ketika membayang
Membuih aku membaiat tak henti
Kau kuingin dan kuberi yang dijanji

Sauh cinta tiba di hilir hatiku untukmu
Aku dan kau menjadi kisah yang utuh
Membelah pagar melanjutkan rindu

Polewali Mandar, 7 Mei 2019






KHOTBAH CINTA
Karya: Gusman Azis

Mendiang ilahi menyelami bahtera suci
Mempersunting seputik pucuk kelapa
Aku pengkhotbah cinta merawat rindu

Gelora menyapu selaksa endapan lara
Mengisyaratkan pelita di hati terdalam
Menerawang kebutaan gulita gulana

Cerca-mencerca kehitaman membalut
Mengikis ketersisihan jurang kemerahan
Namun cahaya memadatkan putih agung

Daun rindu melepas dahang menguning
Menuju langit tujuh yang dinisankan
Aku pengkhutbah cinta mengayatkan rindu

Polewali Mandar, 6 Mei 2019






JUMAT SAKRAL
Karya: Gusman Azis

Aku bersaksi tak bertanya
Mempercayai keraguanku
Menyimpan keyakinanku

Aku bersaksi tak menjawab
Kebenaran akan jumat sakral
Alam semesta menampak

Aku bersaksi mencintaimu
Kasihmu pengatur kehidupan
Ke jangkauan akal berbatas

Aku bersaksi merindukanmu
Pertolonganmu membuka nalar
Sebab engkaulah tangan semesta

Polewali Mandar, 5 Mei 2019






MAHASISWA INGIN PULANG
Karya: Gusman Azis

Ketika mahasiswa membuka gerbang
Sunggingan bibirnya menarik bahagia
Melepas ikatan putih abu-abu

Ketika mahasiswa melingkar di halaman
Bahagia masih menutup penglihatannya
Menanggung dan menjawab

Ketika mahasiswa berbantalkan amanah
Hatinya dipenuhi amarah yang menumpuk
Melepasnya berarti dia membunuh dirinya

Ketika mahasiswa ingin pulang
Bayangannya menutup gerbang
Akhirnya senyumnya sekusut kertas

Polewali Mandar, 4 Mei 2019






LAYAR KERTAS
Karya: Gusman Azis

Permukaan berkarang menarik ujung tombak
Membelah genangan raksasa nan kebiruan
Kilau perkasa memutih di tiang penarik angin

Lolongan derai ombak bersikukuh dengan layar kertas
Perkakas-perkakas menguatkan taring nahkoda
Bagai kisah Nabi Musa membelah Samudra

Niat menggenangi hati menaklukkan ketakutan
Kedalaman laut disurutkan tekat membaja
Menjaring harapan-harapan yang hanyut

Kerumunan burung mencaci jingga senja
Sebab ia menghalangi karang menyangga laut
Memaksanya ia menepi untuk layar kertas

Polewali Mandar, 3 Mei 2019








PRICILIA INTAN
Karya: Gusman Azis

Datangnya memanah segala damba lelaki
Gadis perawakan lentik mata sipit dan teduh
Ia bernama Pricilia Intan sang pembawa pesan

Kerumunan para gadis kaum pribumi
Disempurnakan paras dan eloknya oleh
Prisilia Intan sang titisan pengikat bias

Ia juga utusan Santa Claus si penebar harapan
Untuk mengubah malam menjadi pagi
Juga menjanjikan malam sebagai kekasih pagi

Hingga aku diajarkannya
Bagaimana cara menikahkan rindu untuk cinta
Juga cara menyatukan kasih dalam perbedaan

Polewali Mandar, 1 Mei 2019







PEREMPUAN-PEREMPUAN PANGGUNG MALAM
Karya: Gusman Azis

malam terdengar menggoda di dentuman
pengeras suara mengepak perempuan-perempuan
mengekang selubung kepiawaian lelaki

pusat birahi mengujung di selangkangan
lakon-lakon melepas pengunci tembang
lenggak-lenggok lampu melepas irama

tampak bulir-bulir kehidupan mengalir
di sekujur tubuh perempuan panggung
malam untuk menetap memanen derita

jika mereka menuding perempuan itu
membunuh malam, aku justru memberikan
penghargaan pembawa cahaya berkah

Polewali Mandar, 30 April 2019






SEMUA AKAN ROBOH
Karya: Gusman Azis

di tengah-tengah gerombolan singa
yang suka menerkam segala daging
hanya menyisakan putih tulang pudar

giginya laksana tombak dan panah
dengan lidah laksana pedang tajam
lubang dan runtuhan menumpuk

di tengah-tengah gerombolan manusia
nampak patung sangat kokoh berderet
menghuni hamparan mendahsyat

kepalanya emas tua bak kilau surga
lengannya perak bak pusat cahaya
roboh jua menjadi tumpukan abu

Polewali Mandar, 29 April 2019





AKU DIA DAN MEREKA MENANTI
Karya: Gusman Azis

Sekali tahun melembar di angka dua belas
Aku menanti bulan sabit menggantung
Bahkan dia dan mereka menarik berkahnya

Sudah semakin dekat angka menggulung jarak
Putaran membuat waktu juga bumi memihak
Kesucian akan tiba di permukaan putih

Aku dia dan mereka menyiapkan hati
Untuk mengais keselamatan yang bertebaran
Bulan juga membelah dan juga membulat

Sungguh permukaan menyelimuti pahala
Tanah memeluk mata air untuk ia basuh
Dan langit menggenggam Lailatul Qadar

Polewali Mandar, 29 April 2019







MENGASUH RINDU
Karya: Gusman Azis

Tak pernah bosan aku mengasuh rindu
Saat senja menjemput malam, aku juga
Saat fajar menjemput pagi, aku juga

Betapa paras setiap sentuhan sejuk rindu
Menghalangi kesenduan yang menghampiri
Membagikan karunia kenyamanan jiwa

Gelisah dan sedih
Perih dan luka
Telah lama kutemukan namun rindu menempuh

Seluruhku sudah menjadi rindu yang karang
Seluruhku sudah direntas gelombang penantian
Menarik garis putih yang erat mengait kau dan aku

Polewali Mandar, 28 April 2019







PEREMPUAN DALAM MIMPI
Karya: Gusman Azis

Seperti keheningan ranggas yang senyap
Ujung dambaku tatkala denyar sangat elok
Malam memelukku dan mimpi kau datangkan

Seperti nyata yang tak pernah terlupa sepi
Kau datang dalam wujud rindu yang tak dini
Aku menikmati hadirmu yang direstui mimpi

Seperti luruh dalam sepasang tatap mata
Begitu masyuk dalam bening mengambang
Kau mendebar larut segala gaduh menggundah

Seperti sebab mencari jawaban atas kau
Aku menggema hingga tembus ke dasar kalbu
Untuk mengenali kedatangan dan keberangkatanmu

Polewali Mandar, 28 April 2019







SENANDUNG SENDU
Karya: Gusman Azis

Lentang sendu bersenandung berpendar
Kerlip kunang-kunang membawa asa
Segala damba membulat dililit cahayanya

Sandaran hati melarik sendu di tepi senyap
Memangkas rindu yang sangat rindang
Sangat tandas temu di lipatan pertama

Kibasan air mata semakin dituntun sendu
Keinginan merindu sentak menderas
Sejenak buyar tapi juga beranjak nampak

Mata jingga melembap ditatap kesenduan
Bagai gerimis meniup roh ke ubun rindu
Engkau menembang genang dalam kenang

Polewali Mandar, 27 April 2019






KIDUNG RINDU
Karya: Gusman Azis

Setiap hela napas menggoyangkan rindu
Mendebat atas perintah kesadaran hati
Kidung-kidung mementaskan kemesraan

Lilitan kehidupan melentur di pergelangan
Melingkar merenggangkan putaran sadar
Waktu menjarak tak berlaku untuk rindu

Kemana diri membawa pantulan bayang
Di situlah pusaran rindu selalu mengabadi
Menunjuk arah yang disiapkan cahaya

Rindu mematah ketetapan yang tak sejalan
Dengannya , itu akan menguatkan nurani
Ia akan selalu beriringan dengan napas

Polewali Mandar, 27 April 2019







CINTA BERSAJAK
Karya: Gusman Azis

Ketika cinta bersajak mengabar rindu
Waktu membunuh jarak dalam sejengkal
Janji bertemu di bibir lalu berikhtiar ke hati

Resah berkumandang mencari tuntunan
Rindu menyampaikan wahyu di kaki hati
Sebait ayat mengalun menjernihkan cinta

Meminang bismillah untuk pintu hati
Menata alif dengan bentangan tali putih
Al-fatihah menuntun cinta menuju Al-ikhlas

Polewali Mandar, 27 April 2019








SULUK CINTA
Karya: Gusman Azis

Sepenggal rindu membayang suluk cinta
Menyulut saga tuntunan hati nan hati-hati
Setiap batang tiang menopang kesetiaan

Kejernihan sepasang mata memantul
Menuju celah cinta yang disiapkan hati
Memecahkan dinding kenikmatan surga

Sungguh nikmat kepunyaan di balik cinta
Tualang adalah dasar penyangga hati
Menuju pencarian hidup yang sebenarnya

Dengan cinta dan dengan sepenggal rindu
Pengagung setia telah membius semesta
Kidung-kidung menyenandung di hati

Polewali Mandar, 26 April 2019








CINTA
Karya: Gusman Azis

Cinta menanti desas-desus perbedaan
Denting hentak mengerang di permukaan
Menuai pinta kasih dalam ayunan sayang

Saat seluruh harap membuih membeda
Menghantam jiwa dengan penyatuan
Aku berada di antara cinta dan dusta

Ikhtiar menggebu di sisi merah dan putih
Siul menangga menghampiri cibir cinta
Aku menguncir keduanya untuk maret

Jawara menenteng cinta untuk dikemas
Agar terjaga dari genggaman pendusta
Rindu pun jadi jalan kemenangan hati

Polewali Mandar, 24 April 2019







RINDU KALENDER MASEHI 1
Karya: Gusman Azis

Ini rindu yang keenam kalender masehi
Tahun yang melewati kabisat di ganjil-genap
Angka lima memeluk rindu kali pertama

Angka lima telah kujadikan peristiwa sakral
Melekat padanya tinta merah untukku
Menjadikannya sebagai romansa menjemput musim

Pergantian ganjil-genap mengabadi di lembaran kelima
Setiap kemundurannya selalu bernostalgia
Untuk menorehkan rindu yang manjamah di lintasnya

Saat ini angka dimulai dengan mengganjil
Membentangkan mistar menuju lembaran kelima
Saat itulah janji kita bertemu untuk disepakati

Polewali Mandar, 23 April 2019







RINDU KALENDER MASEHI 2
Karya: Gusman Azis

Berderet angka-angka dalam dua belas lembar
Setiap persinggahannya di ganjil-genap
Meninggalkan ukir jejak cinta yang merindu

Angka itu tak pernah terhenti membawa cinta
Meskipun tahun dalam lembaran kedua belas
Menemukan ujung penanda, ia tetap melanjut

Kini cinta melakukan kali keenam kembara
Tepat di angka lima dalam lembaran kelima
Dan ia kembali melanjut menjemput romansa

Setelah kalender masehi dan juga hijriah
Menyucikan ikatan dalam tahun kabisat
Cinta dan rindu disepakati takdir Tuhan

Polewali Mandar, 22 April 2019








SANG LABA-LABA
Karya: Gusman Azis

Laba-laba kecil
Menaiki semburan air
Turunlah hujan

Dan menyambut
Sang laba-laba
Terbitlah matahari

Dan mengeringkan
Seluruh hujan
Pulanglah matahari

Dan laba-laba kecil
Menaiki semburan
air lagi untuk menjaring

Polewali Mandar, 21 April 2019






AKU INGIN
Karya: Gusman Azis

aku ingin langit tak lagi
membutakan mataku
sebab dialah pintu

aku ingin bumi tak lagi
mengubur jantungku
sebab dialah singgasana

aku ingin semuanya
memahami segalanya
sebab rasa sakit menguatkan

aku ingin semua penderitaan
lenyap karena cinta
sebab dialah pusat ketenangan

Polewali Mandar, 20 April 2019





AROMA LILIN
Karya: Gusman Azis

Jendela setengah terbuka
Dan ia mengalir keluar
Erangan itu direndam dalam dinding

Dengan deras hujan
Hanya bisa didengar di ruang itu
Aroma lilin di meja tempat tidur

Mewarnai tubuh mereka
Dengan bercak merah
Bergoyang seperti buntut kadal

Menulisnya dengan darah segar
Napas berubah seperti kabut
Pemakan serangga saling menjerat

Polewali Mandar, 19 April 2019






CINTA DAN KEMATIAN
Karya: Gusman Azis

Saat sepasang rindu meminang cinta
Sepertiga malam menengarai kembang
Menyatukan segala manik-manik bahagia

Selebaran beterbangan dipadu kedipan
Tumpul memagar namun telah meruncing
Sunggingan senyum menemukan sejuk

Namun tiba-tiba semuanya sirna tak bertuan
Sepertiga malam tak lagi meminang cinta
Dahaga menyeruput tepat di lintas kematian

Air mata dan senyum dipompa bersamaan
Kematian dan cinta menelusuk kebatinan
Entah siapa yang mengutuk bahtera suci

Polewali Mandar, 18 April 2019






MELATIH HATI UNTUK SETIA
Karya: Gusman Azis

Kupandangi lantai yang beralas keramik
Tampak lekukan persegi menghaluskan
Permukaan yang dijaga elok dahinya

Membuih sorotan abu mengantar rindu
Melicinkan keresahan jiwa agar tak lekan
Mengaksara tiap sudutnya untuk menjaga

Semut datang menyampaikan jawabku
Entah ia mendapati tanyaku darimana
Sehingga setia selalu menyertainya

Dan rasa sakit serta sanak turunannya
Tak lagi bisa memasuki labirin keramik
Sebab kesungguhan hati menjarah setia

Polewali Mandar, 17 April 2019






PENAWAR LARA
Karya: Gusman Azis

Saat nalar melangsungkan lara
Hati dipenuhi kegersangan
Menjangkaunya tak sampai

Hanya cinta yang mampu
Meredakan kehampaan jiwa
Menyuburkan ketandusan

Segala yang menggantung
Di hati diputuskan cahaya
Kesungguhannya menuntun

Tatapanmu tak lagi menyesatkan
Air mata telah dipercikkan cahaya
Bak pinang telah dibelah dua

Polewali Mandar, 16 April 2019





MENEMPUH KESUCIAN CINTA
Karya: Gusman Azis

Sanggar kerinduan memainkan sepasang kekasih
Jilatan cinta semakin meruncing di antara keduanya
Lakon-lakon semakin mengeja kisah di lisan

Tak peduli cerita yang merajut asmara
Mendendangkan kepiluan disetiap tarikan bibir
Laksana peti yang mengasihi tumpukannya

Bila keduanya dihantam lilitan cemeti
Hanya senyumlah yang menyungging
Memamerkan keagungan roh cinta

Sepasang kekasih itu telah mematikan dunia nyata
Ia lebih memilih menepi di alam mimpi
Untuk merenggang suluk kesucian cinta

Polewali Mandar, 14 April 2019







KERINDUAN MENUNTUN TAKDIRKU
Karya: Gusman Azis

Pagi menampakkan sinar berwarna kuning
Ke atas kubah malam yang berwarna nila
Sementara matahari terbangun dari tidurnya

Ia melukiskan warnanya semerah mawar
Tapi semua itu tak ubahnya bunga di musim gugur
Menyerah pada layu dan menguning lalu jatuh

Lembah kerinduan menampungku di akar jiwa
Cinta seakan memetakan jalan hidupku
Menuju garis yang telah ditetapkan takdir

Kerinduanku padamu takkan pernah padam
Ia seperti lilin yang rela melumuri cahayanya
Meskipun kuningnya akan menyisakan tumpukan putih

Polewali Mandar, 12 April 2019





PAGI MENARIK CINTA
Karya: Gusman Azis

ketika pagi, sebelum mentari membangunkan daun-daun
gumpalan putih muncul sebagai kabut
yang terjun dari puncak

mengambang bersama angin yang membeku
bercengkerama dengan sedikit
aroma bunga yang muncul dari telaga

begitu mentari muncul, gumpalan putih semakin berkilau-kilau
dan cahaya kuning emas surya mencacah
jalanan kerikil yang berkelok-kelok

menggeliatlah daun-daun mungil menyapa datangnya pagi
bersama celoteh kukila, kampungku menggigil
di malam hari menjadi hangat di pagi hari

Polewali Mandar, 11 April 2019





DI SANA DAN DI SINI
Karya: Gusman Azis

di sana menyaksikan
kepulangan senja dan
menanti kedatangan cinta
yang disisakan jejaknya
untuk membimbing kata
dengan penuh kehati-hatian

di sini terlihat cahaya dan asap itu
enggan berpihak pada tembok
menghampiri juga meninggalkan
ketika kata "usai" meredup untuk
menyandarkan cinta di tembok itu

Polewali Mandar, 10 April 2019







LUKA MENGADU PADA SENJA
Karya: Gusman Azis

senja menghimpit luka lalu berkejaran
dengan rindu, merambat kemilaunya yang
kesemuan di atas peraduan langit kelam

aku menepi meneguk rasa yang bermuara
memandangi senja yang memeluk malam
sesekali ia menyapaku dengan cahayanya

belum hilang, dia masih senyum kepadaku
apakah dia tidak pernah dihianati malam
entahlah, tidak seperti aku berselimut luka

belum hilang, dia masih menyapa lukaku
apakah dia tidak tau akan keterpurukanku
entahlah, aku masih di sini mengasuh luka

Polewali Mandar, 8 April 2019






MENJANJIKAN YANG DIJANJIKAN
Karya: Gusman Azis

Beri aku cinta hatiku kehausan rindu
Ingin menulisnya dengan tinta putih
Menyambungnya dengan penyatuan

Aku di sini tepat di atas bukit menulis
Dia datang membisik kata merindu
Untuk menyusunnya menjadi cinta

Semua tumbuh di punggung harapan
Dasarnya akan menyangga rindu kita
Menyeruak mengahampiri malamku

Maka jadilah kisah di atas bukit
Menjanjikan yang dijanjikan rindu kita
Lalu dijodohkan doamu dan doaku

Polewali Mandar, 7 April 2019





NYANYIAN CINTA
Karya: Gusman Azis

terpatri tabir kerinduan mengoyak hati
maniak lembayung meneguk tegar
rindu mati sebab tak ada sapa darimu

asa memaksa ketaksaan tak berpihak
agar rindu berbaris untuk menggugat
perasaan itu kecewa mengukir rindu

rindu mendayu menggantung di hati
memahat nyanyian dalam keheningan
Perlahan samar-samar mulai nampak

semua rindu menyeruak menyampaikan
cinta yang mengakar di taman
aku tak ingin menyampaikannya dengan lenyap

Polewali Mandar, 5 April 2019





MENCINTAI DENGAN SEWAJARNYA
Karya: Gusman Azis

apa yang kau harap dari pencarian cinta
apa kau mengharap cuitan dari bualan itu
bualan yang mengasa menjadi belati

mencintai tak harus penuh dengan ambisi
dicintai tak harus penuh dengan paksaan
semua perihal memasang batas harap

cinta tak pernah menjanjikan kepastian
ia hanya memenuhi keinginan memikat
untuk memaksa satu bunga layu di taman

berilah cuitan yang tak menyakitinya
dan tak akan berbalik menyakitimu
karna ada masanya hati membunuh dirimu dan dia

Polewali Mandar, 4 April 2019







TANYAKU PADA MALAM
Karya: Gusman Azis

Aku duduk terdiam di sela gumam malam
Membasuh pucuk-pucuk aum cakrawala
Menyimak tanya yang memuncak kelam

Kupandangi tanya yang lalu-lalang merupa
Wujud-wujud berkejaran dengan ketiadaan
Namun tak ada titik temu yang tertuang

Mengapa tanya selalu memaksa untuk tau
Namun wujud itu tak mampu untuk jawab
Aku ingin menguliti tanya pada malamku

Semakin larut, ketiadan berkejaran hening
Apa sebenarnya yang ingin disampaikan
Alamku tak mampu mengurai tanya itu

Polewali Mandar, 3 April 2019






MEMBINGKAI RINDU PADA MALAM
Karya: Gusman Azis

aku bersilah meratapi sepi dalam sepiku
kupandangi keheningan yang berkejaran
dengan rindu di balik dinding berkabut itu

gelisah melumat inginku untuk mengabadi
mengusung tema potret sketsa wajahmu
pada redup malam di tepi harapanku

sesekali ia hinggap bertanya pada malam
entah kenapa rindu tak mau menyapaku
sementara hati ingin membingkai rindu itu

datanglah tanpa sekuncup kekecewaan
lembah peristiwa menyiapkan kepastian
untuk mengais rindu kita untuk disatukan

Polewali Mandar, 29 Maret 2019





KESATRIA UNTUK PERADABAN
Karya: Gusman Azis

mereka hanya dongeng tidur untuk anak
tentang kesatria abad pertengahan yang
berakhir buruk, semuanya dari abad itu

manusia modern selalu memuja kesatria
mengagungkan dongeng sebelum adanya
menyanyikannya untuk pengetahuan anak

keberadaannya mengeja tentang semesta
memecahkannya untuk manusia modern
membuat kesatria itu hidup dalam histori

peradaban selalu menyisakan kesatria itu
mengukir dalam pengetahuan di abad itu
anak tak lagi mencipta untuk semestanya

Polewali Mandar, 20 Maret 2019





SENJA
Karya: Gusman Azis

Senja jingga menangis di wajah cantiknya
Memangku sembilu mencincang harapan
Menangis di ujung belati yang menjanjikan

Senja merah menukik hati sebatas harap
Wajah cantiknya nan gemulai tidak lagi
Berubah menjadi bara merah yang menari

Senja menangis merambat pada samudra
Air matanya menyelimuti kelam hamparan
Menyiram hati yang tak mampu memutus

Senja mengadu pada perempuan di tepian
Mengabar waktu yang membunuh jarak
Wajah cantiknya semurung senja barat

Polewali Mandar, 18 Maret 2019






PELITA MENANGIS
Karya: Gusman Azis

Tegak terpatri pelita mengangkasa menghias
Mengakar kesakitan melepuh di ujungnya
Melingkar lilitan jarah pada hati nan rapuh

Kelabu tipis di bawahnya pelita menangis
Menerawang gulita bertebaran merambat
Cahayanya mengusik rindu tak terawat

Tatapnya teduh merekah di sudut tembok
Menggugat malam untuk rasa sakitnya
Membunuh siapa saja yang menitip kelam

Sepoi angin melembut mengatup di pelita
Menemaninya mengitari rindu terhampar
Rasa sakit meleleh di mata pelita menari

Polewali Mandar, 17 Maret 2019






KATA SEDERHANA UNTUK HATI
Karya: Gusman Azis

Hari menjemput hari berikutnya merapat
Menghampiri hati yang menanti harapan
Meleburkan rindu di mahligai penyatuan

Malam menjemput malam berikutnya riak
Menadah rindu yang menyatu dikemudian
Mengasuh kata dengan sederhana menghias

Hati menjemput hati berikutnya merindu
Merapatkan rindu yang belum tuntas lelap
Menyatu belaian setelah berkejaran jarak

Kata sederhana untuk hati yang menyatu
Merajutlah sebelum kata selesai menari
Setelahnya tumbuh hati yang sederhana

Polewali Mandar, 7 Maret 2019






RAHASIA SEMESTA
Karya: Gusman Azis

Menunggangi kencana menuju tak bertepi
Sunyi tampak bersepi namun tak hening
Biru udara lebam ditaburi aroma semesta

Bertandang di atas tirai langit yang meringkuk
Menambah kecaman terbelenggu
Terbengkalai penyangga rahasia semesta

Teduhnya menangis di mata rupa kukila
Membawa air mata menyiram lukis sedih
Tampak berderet urutan penggaris rahasia

Semesta memberi rahasia denyut waktu
Teleportasi ingin tahu menunggu dilewati
Namun air mata enggan membuka jalan

Polewali Mandar, 1 Maret 2019






IBU
Karya: Gusman Azis

di tanah rantau aku rindu suara nyanyimu
selalu berbantalkan air mata atas belaimu
meraba tidurku dengan dongeng malamku

hanya namamu ibu yang memangku rindu
sembilan bulan aku menumpang hidup di tubuhmu
teriakanmu tersengal untukku

selangkanganmu kau paksa demi hadirku
tubuhmu tak terurus demi asi untuk giziku
keriput menjalar kulitmu tak kau peduli

ibu, rindu semakin menghujaniku di rantau
dewasaku meronta merindukan elusan                                                                                        
tanganmu di kepalaku, maafkan aku ibu

Polewali Mandar, 27 Februari 2019






RAHASIA ALAM
Karya: Gusman Azis

aku ingin berada di samping lautan biru
berada di bawah bintang merah darah
dimana seharusnya kita berada melanjut

tak ada yang tahu mengapa bintang itu
berdarah merah muncul di angkasa
juga mengapa rasa manusia hampir musnah

tak ada yang tahu apa yang terjadi pada kami
mereka lenyap begitu saja
bersama udara dan kembali bermutasi

yang lain masih di sini gentayangan layaknya roh
tak mampu untuk melanjutkan
seolah alam mencaci berpaling dari kami

Polewali Mandar, 11 Februari 2019





DATANG NAMUN TAK TAU
Karya: Gusman Azis

tak ada yang aku jumpai selain semarak
anak cucu manusia pertama yang lalu-lalang
menghimpit di pusat perkotaan

tak ada yang merupa di antara mereka
bergandengan namun tak tau siasat yang
tumbuh, hanya dia dan mereka yang tau

setelah tersesat seperti seekor keledai
mereka dipulangkan matahari ke barat
masing-masing melepas diri untuk sendiri

sebenarnya dari mana datangnya mereka
untuk apa mereka datang saling mencari
kemana mereka setelah menemukannya

Polewali Mandar, 7 Februari 2019








RINDU YANG MENIPU
Karya: Gusman Azis

semua telah mengkiblatkan tipu daya
hati selalu mengabadi di beranda kosong
setiap rindu menoleh untuk saling mensiasati

keinginan tumpah mengalir menipu
menyuguhkan rindu yang berbeda, namun
rindu sama saja dari tiap suguhannya

entah rindu yang mana paling memikat
semua saling menipu satu sama lain
perangkap selalu siap siaga menantinya

di beranda kosong itu tak ada yang rindu
dari dasar hati, rindunya semata dari                                                                                                        
perangkap yang menjanji namun menipu

Polewali Mandar, 3 Februari 2019







JANJI ITU TAK LAGI SUCI
Karya: Gusman Azis

kini kau menitip cinta yang bertopeng padaku
juga rindu yang palsu mengiris kesucian cintaku
retak sudah rahang sayap harapanku untukmu

aku sudah tak bisa lagi seperti burung
kukila yang menerbangkan rupa kicaunya di bawah senja
pohon-pohon telah rapuh dan kaki-kaki tak lagi mampu bertengger di sana

aku hanya bisa merasakan keanehan
ia mengetamku demi membebaskanku
dari kulit ari untuk kembali ke api suci

dulu janjimu kau sandingkan dengan janjiku di bawah payung senja
tapi kau perlahan mengubahnya dengan janji semerah darah

Polewali Mandar, 15 Januari 2019





KAU MEMATAHKAN KESETIAANKU
Karya: Gusman Azis

Singgasana yang kuletakkan di atas cinta
Kau patahkan kesetiaan yang menaunginya
Tak tersisa juga tulang rusukku retak olehmu

Tak akan lurus untukmu di atas satu jalan
Karena kau hadir mematahkan kesetiaan                                                                                            
Patahannya adalah rasa sakit yang menetap

Aku meminta wasiat dari diriku sendiri
Untuk menciptakan tulang rusuk yang tak
akan pernah patah oleh rasa sakit apapun

Tapi tetap rasa sakit dipatahkan air mata
Aku kembali memaksa meluruskannya
namun patah juga karena kau terlanjur menetap

Polewali Mandar, Januari 2019






BUKAN LAGI UNTUKMU
Karya: Gusman Azis

kau telah membuangku di kubangan itu
kubangan yang akan menyeretku ke dasar
dasarnya menguliti kisah yang aku rawat

kisah yang selama ini aku rawat di antara                                                                                                  
deretan angka kalender, kini telah mati
bersama musim gugur, tak tersisa lagi

sudah semusim kau menghilang di daftar
catatan rinduku, sudah tak berpihak lagi
semuanya telah kembali seperti semula

meski demikian kau tetap catatan indahku
yang pernah menoreh kata-kata merindu
karenamu, aku tak lagi semurung senja

Polewali Mandar, Januari 2019







KEANEHANKU ADALAH CINTA
Karya: Gusman Azis

Wajahmu telah mengusap dinding rinduku
Perangaiku menguntit segala yang ada
Untuk menghadang terpaan di sisi gelap

Di bawah bulan sabit yang membelah diri
Tampak gelap ditutupi cahaya merahnya
Juga menandai diriku untuk tak berpaling

Posisiku kusandarkan di balik jendela
Menerjemahkan rasa aneh yang kuteguk
Namun cinta mengikat keanehan itu

Mungkin keanehan itu serupa dengannya
Sehingga tak mau diterjemahkan selainku
Malam semakin larut, tanya pun menajam

Polewali Mandar, Desember 2018





KEPADA RINDU DI TEPI SENJA
Karya: Gusman Azis

Disaat matahari merunduk di balik bukit
Cahayanya diserahkan pada senja jingga
Juga wajahmu disembunyikan ronanya

Tatapku gelisah dihimpit para pepohonan
Kecambah rambati bayangmu yang patah
Mengikut kepulangan senja pada malam

Pucuk-pucuk hitam mulai bermunculan
Hampa yang terjaga ditebarkan kerinduan
Di antara senja memalingkan cahanya

Atas nama cinta, butiran rindu kulepas
Demi memenuhi haus detak denyut nadi
Yang mengembara pada simbol romantis

Polewali Mandar, 23 Desember 2018







JIWAMU TAK LAGI SEPI
Karya: Gusman Azis

Kamana pun kau pasti menemui rindu
Ketika kau diikuti bias yang kosong
Ruas cinta mengujung pada ladang temu

Kadang kau merasa rindu tanpa rasa rindu
Tetapi cinta masih menanti pertemuan
Pencarianmu belum usai setelah tersesat

Pastilah cinta menemuimu setelah rindu
Mengikat isyarat untuk dua cincin perak
Jarimu tak lagi sepi setelah keduanya suci

Di situlah kau merasa baru dilahirkan
Kesucianmu tak lagi berbatas di penggaris
Jalanmu belum usai, tapi baru dimulai

Polewali Mandar, 19 Desember 2018







MENGENANG RINDU UNTUK CINTA
Karya: Gusman Azis

Cemara pun merindukan kehadiran angin
Yang menyambut setiap sentuhan sejuk
Di antara benih-benih daun mungilnya

Menyelinap berdampingan untuk jiwa kita
Untuk meletak harapan di altar penyucian
Menggantung titik untuk memulainya

Pada angin yang menutup malu
Pada tangkai yang tak lagi retak
Pada semesta yang tak mengujung

Di sini aku menanam rindu di tanah basah
Untuk kau saksikan dan untuk kau jaga                                                                                              
Menunggu datangnya hujan untuk aku petik

Polewali Mandar, 11 Desember 2018







MENGAJAKMU UNTUK SETIA
Karya: Gusman Azis

Aku gumpalan awan menjarah angin
Melupakan cara mengingat hujan
Melepas kesejukan di bawah bulan

Rindu kembali mengais di tepian
Untuk menancap di ujung jalan
Tumpukan meninggi manampung rindu

Apakah kita menyatu setelah pertemuan
Bermula dari malu lalu berakhir di pelukan
Maka mestinya setia mengakar di hati

Setelah takdir mengeja kedua nama kita
Pertemuan akan mengalir, sebagaimana
Air setia untuk alurnya menuju genangan

Polewali Mandar, 6 Desember 2018







MENITIP RINDU PADA BULAN PURNAMA
Karya: Gusman Azis

pada malam kulepas hening bersama rindu
gulana meremas cemas di wajah cahaya
bulan purnama menemani malamku

merambat bias di kelopak mataku untuk
menutupi gelisah yang kusut pada rindu
menggantunglah sajak rindu untukmu

apakah gelisah ini akan padam olehmu
setelah doa-doaku menajam dalam diri
bulan purnama, antarkan padaku penawar

setelah bulan purnama pamit pada malam
aku ingin menitip rindu padanya untukmu
kemudian fajar menyapaku dengan tulus

Polewali Mandar, 5 Desember 2018








BEBASKAN AKU DARI MIMPI
Karya Gusman Azis

Mengupas cinta pada ketajaman rindu
Retina menerjamahkan dalam kisah
Lipatan kenangan mulai membingkai

Rindu bermula mendekat di ujung petang
Lalu menjelajah mengikatari sang malam
Dan berakhir pada kejinggaan sang fajar

Sampailah dia melalui daun jendelaku
Membuka siluet mimpiku agar terbangun
Bersama dengan nyanyian ayam jantan

Dia membisikku," bangunlah kekasihku
Jangan kau melarung selendang mimpi
Sebab, di sana tak ada cinta menjanji"

Polewali Mandar, November 2018








MERAWAT RINDU YANG PERTAMA
Karya: Gusman Azis

langit semerah darah yang mengaliriku
lembayung menggantung di daun rindu
membelah kuncup makna mengangkasa

salju kuhadirkan di langit agar rindu tak
semerah langit di ufuk barat, namun kan
kusematkan pada darahku untuk mengairi hati

kidung alam bawa sadarku tak lagi memihak ego
sebab kau menggerayangi titik tumpuku
udara pun menyegarkan senyumanku

sudah banyak rindu bertebaran menukik
bersembunyi di balik topeng kepalsuan
namun, perisai telah kutanam untuk menjaga rindu pertama

Polewali Mandar, November 2018






SEPUTIH KERTAS
Karya: Gusman Azis

kuseret penaku untuk mengayun tinta
di atas selendang putih kurakit hitam
untuk merekatkan teduh senyummu

rindu, cinta dan tangis semuanya
bertemu jadi satu di antara awal kata
dan akhiran titik, di tengah ada senyum

sangat hati-hati kueja untuk semuanya
agar mendung tak akan menghapusnya
petir pun tak akan menyambar kilatnya

kehadiranmu telah menopang pikirku
menguatkan ejaanku agar tak pudar
meski yang terlihat hitam, namun dasarnya sesuci putih

Polewali Mandar, November 2018







KAU AKHIRI SEDANG AKU BERTAHAN
Karya: Gusman Azis

Asa mencolok sebatas menutup titik temu
Menggelinding dalam lamunan gundah
Menuntaskan segala yang mengurung

Namun kesudahan menepi untuk memulai                                                                                                  
Harap bertandang dalam tirani penantian
Menyusun rencana romansa menumbuh

Berkesudahan kau lontarkan demi sesaat
Tak kau pikirkan lamunan yang merebah
Sementara berkelanjutan aku paksa

Kekasihku, dalam rantai jalinan cinta
Rencana haruslah memantapkan diri
Untuk mengokohkan persuntingan cinta

Polewali Mandar, November 2018






BERTUALANG SEPERTI PECAHAN CERMIN
Karya: Gusman Azis

Aku tarik anak panah untuk robohkan resah
Pecahannya aku pungut untuk merawatnya
Kelak ia akan tumbuh menjadi cermin yang selalu tersenyum

Meski kesakitannya selalu terpenuhi
Keterpurukannya sering kita abaikan
Tapi tetap, ia selalu merawatnya berdampingan

Di kaki malam merayap menyusuri fajar
Menangkap temaram di rimba gulita
Tanda petualang menyudahi kelam

Sampai di permukaan cermin melanjutkan tualang
Ruas denyut waktu di tuangkan ke dalamnya
Untuk bermukim di permukaan kilaunya

Polewali Mandar, November 2018







MENANAM MAKNA DI TANAH BASAH
Karya: Gusman Azis

Ribuan kata telah kutimbun di atas tumpukan jerami
Kutelusuri makna yang mewangi bak kasturi
Untuk kutanam di atas tanah yang basah

Sejak epilog yang merindu di awal musim
Hingga prolog memeluk cinta di ujung belati
Melipat rapih tanya yang menemukan rindu

Semburan sinarnya mulai memudar di bibir langit
Saatnya berkemas memagar makna yang berhamburan
Sebelum ranting melepas diri dari dahang

Setelah musim mengadu untuk kepulangannya
Pelangi mengunci kata agar makna seanggun warnanya
Akhirnya rindu disemayamkan di laman tanah basah

Polewali Mandar, November 2018






WAJAHMU TELAH MERAPAT DI KALBUKU
Karya: Gusman Azis

kekasih...
rindu baru saja menjilati darahku
merahnya sepekat bunga mawar
Mengaliri nadiku di sekujur tubuh

sandingan jantung dan hatiku
kukawinkan keduanya atas rindu
menuju di kedalaman kalbuku

kekasihku...
setiap rindu yang bertamu padaku
tak ada satu pun yang mengapung
sebab wajahmu selalu menghardiknya

di halaman rumah kalbuku untukmu
kutimang rindu yang menelusuri alur                                                                                                                darahku, akan selalu setia membawamu

Polewali Mandar, November 2018





PRAHARA RINDU
Karya: Gusman Azis

Bola jingga mengemas anggun selendang
Jilatan sutra bermesraan dengan siluet
Lentera bergelayut menenum remang rona

Lonceng asmara menggugah sari teratai
Bermekaran serbuk menguntum buaian
Jelaga embun mendayung menitip bulir

Kupu-kupu menepuk sayap mengendap
Nikmati kesuraman langit yang menari
Meruap di reruntuhan pandang menukik

Di batas kilas bola jingga menuju bayang
Mantra membuih memecah ruas gelisah
Selayak menggenggam prahara rindu

Polewali Mandar, 30 Oktober 2018






MENUNGGUMU DI BIBIR JENDELA
Karya: Gusman Azis

Di bawah mambang kuning menitip harap
Tersisa ayunan rupamu menggantung
Hingga berpagut menyulut senyuman

Kaca jendela menanti kabut di kilas mata
Mengecup senyap yang berkepanjangan
Mengajak berbincang di wajah sunyi

Garis-garis melingkar selaras harap pecah
Menjarah kristal dalam bulir air mata
Menenum gaung kerinduanku padamu

Di senyuman jendelaku menanti hadirmu
Menerjemahkan rindu yang menumpuk
Lewat senyap menyeka hening senyum

Polewali Mandar, 24 Oktober 2018






ISYARAT DERITA
Karya: Gusman Azis

Kenangan menjadi jalan pulang saat rindu
Denting galak tawamu sisakan jejak
Penawar luka menjerit di punggung hianat

Rindu menyergapku di beranda pesakitan
Maskulin mewangi basahi lensa peristiwa
Mengayun serintik dahaga yang sekarat

Kecupan mahar di putik bibir merahmu
Pamit dengan seuntai lika-liku darahku
Menyulap manja menjadi isyarat derita

Tatapan hitam mengikrarkan labirin hati
Rindu tak lagi mengaksara di tawamu
Kini perkampunganku enggan mengasuh

Polewali Mandar, 23 Oktober 2018






KUTUKAN PAHATAN ARCA
Karya: Gusman Azis

suatu Jalan kristal menuju tempat rahasia
makam yang ada goa airnya di bawah                                                                                                        
kubah langit, selatan awan warna-warni

suatu Jalan kristal menuju tempat rahasia
musim semi tempat kehidupan kembali
puncak tempat gelimang rahasia alam

sebuah gunung tempat alam melingkar
kutukan memunggung di pahatan arca
tulang memadat memudarkan putihnya

medan magnet menyihir cekungan tebing
mendaki gunung pedang dan mencebur                                                                                                            
ke dalam lautan api, tak mematuhi dewa

Polewali Mandar, 13 Oktober 2018





PERMAINAN DEWA
Karya: Gusman Azis

Tangga tulang menuju istana emas
Angin menggetarkan menara dewa
Sembilan langit hitam melintasi abad

Dewa tinggi ribuan kaki melindungi mahkota raja
Kekasihku memasuki gunung mengusir iblis
Aku menemaninya di tepian sungai

Rumah dewa membacakan aksara kuno
Bergantian bergelayut di sisi hitam dan putih
Alunannya menggetarkan dasar bumi dan kaki langit

Ritualnya dimainkan dalam sekerlip mata
Semua kehidupan bertumpu padanya
Digenggamnya sampai tiba masanya diremukkan

Polewali Mandar, 8 Oktober 2018






LENTERA MENUNTUN HATI
Karya: Gusman Azis

Aku terasing disekat geming yang bergetar
Siul menangga membius selaksa batinku
Alunannya mendayu memekarkan ketenangan

Laraku endapkan jiwa yang mudah merapuh
Tatapanku tak lagi selaras dengan larasati
Petala hatiku mulai memisah dari bayangnya

Namun lentera enggan menjemukan suasana
Sumbunya memunggung di ujung rinduku
Bayang semu tentangmu menerangi senyumku

Kekasihku datanglah sebagai perangkai rinduku
Lentera menuntun hati di atas mahkota
Sudah terbujur pundakku untuk kau menetap

Polewali Mandar, 6 Oktober 2018







SECAWAN TINTA UNTUK KANVAS
Karya: Gusman Azis

Senyummu mengeja rindu di atas kanvas
Membuat permukaan sehalus tenun
Juga sehalus sutra dan sebening kristal

Kupinjam warna-warni dari secawan tinta
Agar isyarat menanti tak sukar dan curam
Warna pun memahkotai kanvas untuk rindu

Sangat jelas warnanya memicu rindu
Cerahnya membuyarkan jejak sulaman luka
Untuk menghunjam akar sketsa senyummu

Bagai angin pantai menyejukkan ombak
Suaranya mengawinkan rindu dan senyum
Kini laksana ikatan abadi di atas kanvas

Polewali Mandar, 24 September 2018







NYANYIAN 45
Karya: Gusman Azis

Denting syair kemerdekaan bergelayut
Mengumandangkan mantra di pusat perkotaan
Untuk menggantung harapan di puncak monumen

Di tepian selatan, utara, timur dan barat
Pulau-pulau bersilah memangku tradisi
Menyatukan kasih dalam sayap Pancasila

Meski kita berada di atas tanah merdeka
Semangat juang harus mengalir di nadi
Sebab nenek moyang kita menitip jejak

Setelah bangunan tua memudar di pinggir kota
Juga pepohonan rimbun di kaki gunung
Teruslah mengabar teka-teki kehidupan

Polewali Mandar, 21 September 2018







KESAKSIAN SAJAK
Karya: Gusman Azis

Di sudut peristiwa kau datang bertamu
Mengetuk kekhawatiran yang aku rawat
Tak ada yang aku sesali romansa itu

Aku berjinjit menyambut senyummu
Aku membungkuk memeluk rindumu
Aku bersilah mengarak berandamu

Tapi tidak dalam nyata lamunanku
Melainkan dalam halusinasi resahku
Sementara hati menggugat kepastian

Kemana lagi aku harus mengembara
Hati tak ingin lekas meninggalkan jejak
Mungkinkah kau mengakui kedatanganku

Polewali Mandar, 10 September 2018






MENGIKRARKAN CINTA
Karya: Gusman Azis

Aku biarkan hati mengikut di keunikan cinta
Yang menuntunku untuk menemukan sumber rindu
Membuat sekitarku kelabu tipis dan jarum jam bergerak cepat

Rasa ingin mengasihi masih bersembunyi
Untuk mekar di musim semi yang sejuk
Juga dindin tembok dirindukan langit-langit

Wajahmu selalu kutunggu di balik kaca jendelaku
Membuat ruangan dipenuhi aroma rindu
Merebak penciumanku menyegarkan hati

Saat kupalingkan badan di atas permadani
Sinar jelitamu menggantung di daun mataku
Aku ingin kau mengikrarkan cinta di nisan

Polewali Mandar, 15 Agustus 2018






HADIRMU TAK KESENGAJA
Karya: Gusman Azis

Dalam lamunan terlintas wajah perempuan
Yang menajam tapi terlihat teduh
Getar tiba-tiba menggelepar tidak jelas

Terdiam meresapi getar-getar memecah
Menjalar wajahnya memerah di lesung pipi
Ada rasa rindu yang menggebu di dasar hati

Tanpa kata juga adalah jalan pintas untuk
Memupuk keindahan rona wajahnya
Bukan semata pertemuan yang mengujung di bibir

Senyum mengembang dan pipi semerah jambu
Di situlah cinta mulai mengakar untuk rindu
Tidak pernah aku sengaja meletekkannya

Polewali Mandar, 7 Agustus 2018






BUATMU KEKASIH
Karya: Gusman Azis

Sepotong senja buat kekasihku
Iya, potongannya kulipat rapih
Sebab potret mengurungnya

Gulungan ombak menyapu bayang
Diikuti senja dari belakang
Aku menawarkannya pada kekasihku

Potongan senja itu aku kirim
Melalui kepulangan awan
Untuk mempersunting kekasihku

Sebagaimana hujan berawal
Lautan dan awan dikawinkan
Keduanya untuk memotret senja

Polewali Mandar, 4 Agustus 2018








MEMELUKMU TANPA ISYARAT
Karya: Gusman Azis

Aku ingin memelukmu tanpa isyarat
Sebab rindu selalu dituntun kaki
Untuk berpasangan mengayuh

Aku ingin memelukmu tanpa isyarat
Sebab rindu selalu dituntun mata
Untuk berpasangan membias

Aku ingin memelukmu tanpa isyarat
Sebab cinta selalu dituntun kaki
Untuk menyatukan keduanya

Aku ingin memelukmu tanpa isyarat
Sebab cinta selalu dituntun mata
Untuk menyatukan kedipan

Polewali Mandar, 26 Juli 2018







AKU DENGAN KEKASIHKU
Karya: Gusman Azis

Rindu tergeletak pada pangkuanmu
Meraba selangkangan hingga gemetar
Lekuk tatapanmu halai-balai tak terurus

Lontaran bualanmu menghasut rindu ini
Merintih jejakku kau tutupi dengan tipuan
Rindu yang kau titip perlahan mulai buram

Terlalu labil aku bersenggama denganmu
Sampai benih rinduku sudah tak terurus
Rindu yang kau titip hanya kepalsuan

Kepada siapa aku mengirim mantra
Kekasihku sudah memutus benang itu
Sesat sudah nampak di ujung sana

Polewali Mandar, 20 Juli 2018






PELITA RINDU
Karya: Gusman Azis

Aku menjelma dirimu menjadi rindu
Cukup piawai inginku menuntunmu
Sementara hati tak mempunyai tameng

Aku mengendarai rindu yang terlantar
Menelusuri kebengisan dalam sunyi
Wasiat itu telah nampak dari matamu

Aku berperang atas rindu dalam sepi
Melawan cahaya pelita yang samar
Jejakku mati tanpa pelita yang kau titip

Aku menuntaskan rindu yang tersesat                                                                                            
Kelak dirimu akan menjadi pawang
Di dermaga itu, kini dan setelahnya

Polewali Mandar, 17 Juli 2018







KOTA KECILKU
Karya: Gusman Azis

Semesta menelanjangi sekitarku
Mengabarkan cahaya yang menolak
Keheningan mati di kota kecilku

Keberadaanku menunggu cahaya
Dari nenek moyang kami tentang alam
Untuk aku kabarkan teka-teki kehidupan

Kesaksianku pada perjanjian sakral
Membuat malam dan siang ingin menyatu
Mereka memasung gelap dan terang

Suara aungan alam membisik pada kabut
Menyampaikan kata dalam kalimat
Tak ada kehidupan yang membantah

Polewali Mandar, 15 Juli 2018






KATA DAN KALIMAT
Karya: Gusman Azia

Kata dan kalimat muncul dari tanganku
Berurutan bersama dengan rasa dingin
Musim gugur aku hadirkan di langit

Aku kedinginan walau kata sudah bermula
Di bawah cahaya lampu agak remang
Sakitarku kelabu tipis temaram mengusik

Sendu juga tampak senja yang sunyi
Belum dikerukupi selimut malam menari
Seperti riuh dihentak-hentak angin

Kalimat tidak lagi hitam yang utuh
Sudah berganti ke siklus yang hidup
Kata dan kalimat menjanjikan musim

Polewali Mandar, 12 Juli 2018







MENJELMA KEPASTIAN
Karya: Gusman Azis

bangunku menyapa kebisingan mendayu
membuka tirai kehidupan yang mengurai
aku beranjak menghampiri namun usai

aku memaksa untuk mengajukan jeda
agar nyanyian melanjutkan perjalanan
tempatku barat di Suremana dan Sendana

pohon menari dimainkan gelombang
gagasan dan harapan yang hinggap
dilintasi hembusan aroma dari pojok dusta

marjinalisasi dunia mereguk ke dasar
bermula dari aksi berakhir pada dampak
ah, rasanya aku jatuh dan terperangkap

Polewali Mandar, 27 Juni 2018





DATANGMU PULANGKU
Karya: Gusman Azis

Sebilah kata menjelma kalimat
Menyabet kertas sekali tebasan
Tinta merintih memaksa bermain

Datanglah sebelum perhelatan dimulai
Tinta ini tak akan menari tanpamu
Sembilu meraja pada ubun-ubunku

Perhelatan ini menuai rindu
Kupenjara dirimu dalam ingatku
Agar nyanyian sajak tak usai

Di sudut ruangan yang kumuh
Kuselesaikan kalimat yang merindu
Datangmu menuntaskan pulangku

Polewali Mandar, 15 Juni 2018






TIDAK LAGI DENGANMU
Karya: Gusman Azis

Menatapmu terhenti setelah meracuniku
Hadirmu membuat kisahku tak terurus
Penawar yang utuh sulit aku temukan

Terlalu sakit membunuh rindu yang masak
Kejammu mematahkan tulang rusukku
Sampai phobia mengikuti aliran darahku

Aku memungut air mata jatuh dari cermin
Senyummu pecah melukai harapanku
Tersisa janjimu senyap berkepanjangan

Ikatan yang kau janjikan perlahan mati
Sakitku membuat ingin mengubah haluan
Bukan untuk denganmu tapi dengannya

Polewali Mandar, 13 Juni 2018





AWAL MENGENALNYA
Karya: Gusman Azis

Entah dari mana aku mulai mencintainya
Sejak jalanku dipenuhi gulungan realitas
Kecintaan itu mengoyak rindu yang tanya

Semua merengek aku gemulai menyudut
Memasung cinta yang tersaji di atas rindu
Untuk mengulung tabung hati yang menari

Bertebaran tanya yang tak mau memihak
Menyulam batang makna menjadi tangkai
Mekar cinta dan rindu menjauh dari alibi

Cinta ini masih berlanjut mengolah rindu
Untuk berkelana menuju realitas hidupku
Inilah awal jalanku untuk mengenalnya

Polewali Mandar, 8 Juni 2018







MENYAMPAIKAN RINDU                                                                                                            
karya: Gusman Azis
sepi menelanjangi diriku di sudut rindu
menggulung jarak yang meringkuk ke tepian                                                                                
sementara dekapanmu tenggelam

rinduku melumat batin terkoyak olehmu
menggema gelisah pada denyut waktu
gumamku lenyap namun ingin memeluk

pandangku hanya tertuju pada biasmu                                                                                                  
yang merayap menghampiri tak memihak                          
rindu semakin memaksa menghampirimu

kuselesaikan rindu yang berdebat dengan
jarak, agar waktu memicu resah di batin
akhirnya rindu mengakar untuk tumbuh

Polewali Mandar, 2 Juni 2018









NASIB BUKAN PENENTU
Karya: Gusman Azis

pemuda primitif menyeberangi batas harap
untuk bermuara mementaskan yakinnya
menggantung cita-cita di atas belantara

pelangi menuntun bertualang di angkasa
tekat menguliti kabut yang tak sempat                                                                                                              
disampaikan awan pada celah dinding tebal

membingkai sampul dunia hiasi nurani
mimpi dan harapan mengapung di atas air
terjun kehidupan, mengasanya merajut

tak satu pun cacian menghalangi peristiwa
sebab nasib bukan penentu arah harapan                                                                                                  
langkahmu nampak di sana melambai

Polewali Mandar, 23 Mei 2018






KERAKUSAN EGO
Karya: Gusman Azis

Aku tak mau kau mengusik asapku
Katakanlah kau menyukai pembakaran ini

Kelak akan menghiasi ruang idemu
Untuk kau peruntukkan di tanah leluhur ini

Aku di sini menanti dengan asap yang                                                                                                    
Melepuh Pada pembalakan liar itu

Polewali Mandar, Mei 2018










BIOGRAFI PENULIS
Gusman Azis lahir 22 Juni 1996 di Polewali Mandar Sulawesi Barat, anak pertama dari pasangan Azis dan Norma. Mengenyam pendidikan di SDN 041 Pundambu, Polewali Mandar, SMPN 2 Campalagian, Polewali Mandar, SMKN 2 Campalagian, Polewali Mandar, melanjutkan pendidikan tahun 2014 di Universitas Negeri Makassar, jurusan Sastra Indonesia. Sejak itu ia mulai menulis karya sastra terutama puisi, tapi tidak sampai selesai karena faktor ekonomi, tahun 2016 ia kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Al asyariah Mandar jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia HIMAPBI. Mengikuti beberapa antologi puisi bersama, antara lain: Syair Pengembara Cinta, Ada Puisi Dalam Secangkir Kopi, dan Sajak Langit. Ia juga mengikuti beberapa lomba menulis puisi, di antaranya pernah mendapat juara 3 dalam lomba menulis puisi tingkat nasional yang diadakan Penerbit Mandiri Jaya Subang dan diterbitkan dalam kumpulan puisi bersama Kidung Rindu. dan ia juga pernah mendapat juara kategori penulis terbaik dalam lomba cipta puisi tingkat nasional yang diadakan Kosana Publisher. Penulis dapat dihubungi melalui nomor ponsel: 082341064662, whatsapp: 082341064662 dan email: gusmangembel@gmail.com.











SINOPSIS ATAU BLUR

jika kematian merenggutku
maka cinta merindu untuk keabadianku
dan ia selalu merindu yang telah terjadi
juga yang sedang terjadi
bahkan yang belum terjadi di alam semesta
maka terciptalah keabadian

aku ingin seperti kematian
bersua dengan nisan hanya untuk cinta
meski Tuhan kembali menitip jenuh
rindu dan cinta berdampingan
dari kata dan kalimat yang kekal
menuju ketetapan takdir langit ketujuh
sesungguhnya ia berpusat di wahyu-Nya

-Gusman Azis-









Komentar

Postingan populer dari blog ini

KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Dari Konteks Bahasa dan Berbahasa, Semua Manusia Punya Potensi untuk Berkembang