KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Gambar
  Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1) Gusman Azis Kenapa disarankan untuk menulis? Karena dengan menulis, kita tidak akan dibunuh dunia. Disarankan selalu menemukan ruang untuk menyusuri sensasi yang sakral. Menulis ialah salah satu pekerjaan yang mulia karena kita ikhlas memperbaiki dunia. Alberthiene Endah (2011) mengatakan "Menulis adalah cara yang indah untuk memperbarui hati dan memperluas cakrawala". Kita lumrah mengeluh menulis, yang amat sangat meremehkan menulis. Kenapa orang lain bisa menulis, sedang kita tidak bisa? Dan kenapa orang lebih memilih berbisnis, membuka restoran, atau jadi profesional sukses di perusahaan multinasional ketimbang memilih untuk sepenuhnya menekuni dunia menulis? Itu serangan yang sulit untuk ditepis, karena hal itu menyangkut dengan pilihan dan jalan hidup tiap orang. Kita sebagai manusia yang keras kepala dengan dunia yang menyengat sejak kecil, jangan selalu nyaris terpengaruh bahwa menulis bukanlah aktivitas yang hidup. Bukan ak...

"Kelabilan Mahasiswa Baru dan Kegentingan Mahasiswa Tingkat Akhir Masa Covid-19"



"Mahasiswa Baru dan Mahasiswa Tingkat Akhir di Masa Pandemi"

Gusman Azis

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Al Asyariah Mandar

1

Sejak awal ditetapkan aturan dan larangan banyak beraktivitas di luar rumah terkait dengan keganasan makhluk yang satu ini, yang super kecil sekecil nano, yang nyaris tidak bisa dijangkau dengan alat ukur, yang nyaris tidak bisa ditelaah dengan intensitas mata telanjang bulat, yaitu Virus Corona yang berjenis Covid-19. Akibat yang mendasar pada sesama manusia, yaitu saling curiga, saling membenci, saling tidak percaya, saling menghujat, dan yang paling penting adalah saling untung-rugi di tengah kegentingan ini.

2

Tentang mula awal merebaknya Virus Corona yang membuat proses kerja spritual dan intelektual di belahan dunia telah macet total, bahkan telah direnggut dan dikendalikannya, seperti roman Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang mengisahkan tentang betapa murahnya harga diri dan segala yang dilahirkan di tanah ibu leluhur yang dikuasai dan dikendalikan oleh leluhur lain, warna kulit dan ukuran hidung jadi penentu dan pengendali sistem hormat menghormati dan kekuasaan.

3

Tidak ada yang bisa membantah dan menyangkal tentang segala aktivitas manusia hari ini harus patuh dan tunduk pada kebijakan pemerintah agar kiranya dapat mengurangi tingkat penyebaran Covid-19 dengan waktu yang tak bisa ditentukan. Salah satu dan bahkan sudah satu-satunya cara untuk melaksanakan aktivitas adalah melalui sistem perantara yang biasa disebut online. Di sini hanya akan disebutkan satu aktivitas saja, yaitu aktivitas seputar akademik atau dunia kampus. Beberapa pekan ke belakang, hampir semua kampus negeri maupun swasta telah masuk di fase mendaur ulang sistem tata kelolah ruang akademik untuk dilaksanakan secara daring/online.

4

Tidak hanya itu, mulai dari beberapa hari ke depan kampus-kampus juga akan segera memasuki ajaran baru yang berarti harus menerima siswa untuk dibaptis menjadi "maha" untuk mengisi ruang semester awal yang telah ditinggalkan mahasiswa sebelumnya yang juga sudah dibaptis. Mungkin, bukan mungkin lagi, tapi sudah pasti para calon mahasiswa baru akan segera melepas kelabilannya yang terbilang sangat berkembang pesat di dunia putih abu-abu, bisa jadi kelabilan itu akan menjadi maju di dunia tanpa warna/dunia kampus kalau pola belajar disamaratakan dengan di dunia putih abu-abu, seperti akhir-akhir ini julukan negara kita sudah tidak dinamai berkembang lagi, tapi sudah masuk fase kejayaan suatu negara, yaitu julukan negara maju. Julukan itu diberi oleh negara luar sana yang digelari sebagai Singa pemimpin dunia.

5

Seperti sebelumnya telah disinggung tentang perbedaan pola belajar di dunia putih abu-abu dengan pola belajar di dunia tanpa warna/dunia kampus yang disamaratakan, dengan kata lain pola belajar semata disempitkan hanya karena ruang kelas, yang terlihat oleh mata telanjang bulat maka itu pula yang dikunyah. Padahal tidak, pola belajar yang ditinggalkan tidak harus dibawa dan dipertahankan, di sini di dunia untuk kebebasan berpikir, meski tidak benar-benar bebas dalam memperlakukan ilmu. Sebagaimana ruang kelas yang dibentuk dari susunan batu yang diadonankan dengan semen dan pasir yang menjadikannya bangunan kokoh yang memenjarakan pola pikir jika terposana dengan segala bentuk dan kekohannya. Sebagaimana kutipan syair yang ditulis Kahlil Gibran "ketika cinta itu mati , kau tidak perlu ikut mati bersamanya. Bebaskan dirimu ke alam bebas".

6

Di samping kampus-kampus akan segera membaptis siswa menjadi "maha", maka itu juga akan membaptis para siswa yang telah lama menjalani masa "maha" untuk dilepas ke alam liar dengan kebahagiaan sehari yang tiada tara dan bandingan yang diakibatkan topi yang mirip topi koboy khas wilayah Texas Amerika lengkap dengan pistol ala agen CIA dan PBB di film-film Holliwood. Setelahnya, kita luntang-lantung menenteng secarik kertas dengan ukiran gelar keahlian di bidang masing-masing yang barang tentu belum ada yang mengakui kita. Itulah sebabnya kita semasa masih menjalani pembaptisan di dunia kampus itu kita harus membebaskan perilaku pola pikir kita untuk sebisa mungkin dijadikan bekal di gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya dengan segala pergolakannya. Seperti kutipan Pramoedya Ananta Toer dalam roman Bumi manusia "Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan". Maka dengan itu, pergunakanlah pikir kita selagi masih sempat mengapgrade pikiran-pikiran kita.

7

Sehubungan dengan akan ditogahkan para mahasiswa tingkat akhir, maka itu pula perjalanan dan proses menuju puncak kejayaan sementara sangat penting dan berguna bagi siapa saja yang akan melaluinya. Pergolakan otak dan hati akan terasa menegang ketika yang namanya proposal-skripsi tiba masanya membuat kita oleng. Dan hal itu akan pasti datangnya bagi siapa saja yang hendak ingin segera menyelesaikan studi. Proposal-skripsi bukan hanya semata tentang tulis menulis dan menyusun beberapa teori yang bersangkutan untuk memecahkan setiap masalah dari penelitian kita, baik penelitian kuantitatif (sehubungan dengan angka-angka atau mengangkakan hasil masalah) maupun penelitian kualitatif (sehubungan dengan huruf-huruf atau mendeskripsikan hasil masalah), lebih dari itu syarat-syaratnya.

8

Di sini tidak akan disinggung secara menyeluruh terkait dengan hal yang harus terpenuhi jika masa proposal-skripsi tiba mengoyak ketakutan-ketakutan bagi siapa saja yang hendak menggaulinya. Salah satu syarat itu adalah memplagiasi penelitian kita dengan sistem yang digunakan masing-masing kampus. Di sini saya memilih menelaah sedikit masalah tentang sistem plagiat, karena hal itu terbilang syarat baru yang ditetapkan di kampus saya. Menurut dari berbagai sumber yang saya kunjungi bahwa sistem plagiat tersebut akan menghindari dan mengurangi sistem copy paste yang mengambil buah pikir orang lain, dan juga akan membaca penelitian kita untuk menguji apakah penelitian kita bebas dari plagiat atau mengcopy paste dari berbagai sumber.

9

Menurut hemat pikir dan kesimpulan saya sebagai mahasiswa yang tengah menjalani penelitian, saya telah dan sudah melakukan beberapa pendekatan dan riset untuk menghindari bebas plagiat. Meski riset tersebut terbilang masih kurang valid dan kurang teruji keotentikannya, tapi setidaknya kita bisa mengujinya dalam membebaskan penelitian kita dari plagiat. Sistem plagiat memang hal yang paling menakutkan dan momok bagi semua mahasiswa tingkat akhir, karena hal tersebut yang biasa membuat kita nelangsa alias pusing berkepanjangan. Tak jarang para mahasiswa kerap kali melakukan perombakan sampai berkali-kali terhadap penelitiannya untuk bisa dibebaskan dari sistem plagiat.

10

Sistem plagiat akan membaca setiap referensi yang kita ambil dari berbagai macam sumber, entah dari internet, film, buku dan lain-lain. Untuk terbebas dari plagiat, kita harus sebisa-semampu mungkin untuk mengubah semua redaksi bahasa dari setiap referensi yang kita gunakan dalam penelitian. Dalam mengubah redaksi bahasa tersebut harus tidak mengurangi bobot substansi dan gagasan teori, dengan kata lain, redaksi bahasa yang digunakan teori itu kita translite ke redaksi bahasa kita sendiri tanpa mengurangi maksud dan tujuannya. Jika hanya mencopot atau hanya mengubah satu sampai dua kata saja itu masih terbaca oleh sistem plagiat. Misalnya contoh: teori orang lain "Puisi adalah suatu karya sastra yang merekam perasaan dan kehidupan baru dengan menggunakan bahasa sebagai media untuk menciptakan kesan keindahan agar bisa dimultitafsirkan pembaca (Gusman, 2020: 23). Redaksi bahasa kita "Gusman (2020: 23) mengemukakan bahwa puisi adalah wadah untuk menyalur dan menyampaikan perasaan dalam kehidupan ini dengan menggunakan bahasa sebagai media untuk mengantar pembaca mengarungi gejolak jiwa dan puisi tergolong sebagai karya sastra". Itulah contoh cara mengkurasi pendapat dari teori yang kita gunakan dalam penelitian. Mengenai ketetapan persen plagiat dari setiap kampus itu berbeda, kalau di kampus saya maksimal 30 % itu sudah bebas plagiat.

Walau bagaimanapun almamater dijahit dengan kain sutra
Tapi dalam hal belajar dianggap candaan
Hasilnya tetap nihil
Sukses itu tak mempersoalkan warna dan kain alamamater
Pun juga kuliah di mana
Tapi pada diri sendirilah
Kampusku tetap sebiru langit
Saya bangga jatuh cinta di sini

*Semoga Bermanfaat*




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KELAS MENULIS HIMAPBI/ Tradisi Menulis itu Keren (Bagian 1)

Dari Konteks Bahasa dan Berbahasa, Semua Manusia Punya Potensi untuk Berkembang

KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BERSABDA KARYA GUSMAN AZIS